KEBUMEN, Gara-gara menjalani ritual bertapa puasa selama 40 hari berturut-turut tanpa makan dan minum, Abdul Gofur (35) tewas secara mengenaskan. Jenazah warga Desa Logandu, Kecamatan Karanggayam, Kebumen itu dikubur secara diam-diam oleh adik iparnya yang juga teman seperguruan di halaman padepokan gurunya di Desa Tepakyang RT 02 RW 02 Kecamatan Adimulyo, Kebumen.
Tewasnya Abdul Gofur tersebut baru terungkap, Kamis (4/8). Padahal lulusan pondok pesantren tersebut sudah meninggal dan dikubur sejak tanggal 26 Desember 2015. Kejadian itu bisa terungkap setelah pihak keluarga melaporkan kasus kehilangan keluarga ke Mapolres Kebumen.
Akhirnya, pihak keluarga dengan bantuan aparat Polres Kebumen, Polsek Adimulyo dan Polsek Karanggayam menggali kuburan Abdul Gofur. Kondisi jasad korban sangat mengenaskan lantaran hanya dibungkus plastik dan karung goni.
Setelah diperiksa oleh Kepala Puskesmas Adimulyo dokter Supriyadi, jasad Abdul Gofur dimakamkan secara layak di desa asalnya, di Desa Logandu, Kecamatan Karanggayam. Pria yang dikenal sebagai guru ngaji tersebut meninggalkan satu istri
dan dua anak yang masih kecil. Bahkan anak terakhirnya masih berumur tiga bulan.”Sampai saat ini kami masih belum menemukan aspek pidana dalam kejadian ini. Sebab, korban menjalani ritual itu atas kemauannya sendiri,” ujar Kapolres Kebumen AKBP Alpen melalui Kasat Reskrim AKP Willy Budiyanto didampingi Kasat Intel AKP Cipto Rahayu kepada suaramerdeka.com di lokasi kejadian.
dan dua anak yang masih kecil. Bahkan anak terakhirnya masih berumur tiga bulan.”Sampai saat ini kami masih belum menemukan aspek pidana dalam kejadian ini. Sebab, korban menjalani ritual itu atas kemauannya sendiri,” ujar Kapolres Kebumen AKBP Alpen melalui Kasat Reskrim AKP Willy Budiyanto didampingi Kasat Intel AKP Cipto Rahayu kepada suaramerdeka.com di lokasi kejadian.
Informasi yang dihimpun, kejadian itu bermula pada bulan September 2015. Saat itu Abdul Gofur ingin memperdalam ilmu agama hingga tingkatan makrifat. Bersama temannya Warsono (35) warga Desa Logandu, dia datang ke pedepokan Kiai Syawal di Desa Tepakyang. Setelah sowan, Warsono tidak tertarik sehingga Abdul Gofur untuk kedua kalinya datang bersama adik iparnya, Wasin (27).
Pada awalnya, mereka berdua menjalani ritual puasa tanpa makan dan minum selama 40 hari. Namun baru sampai tujuh hari, keduanya tidak kuat sehingga gagal. Akhirnya, Abdul Gofur pulang ke Logandu sedangkan Wasin masih bertahan di padepokan. Namun beberapa lama kemudian, meski sudah dilarang oleh keluarganya, Gofur berniat kembali ke padepokan dengan meninggalkan istrinya yang tengah mengandung.
Akhirnya Gofur memulai lagi ritual puasa 40 hari tanpa makan dan minum. Dalam keyakinan dia, melalui ritual tersebut akan mengantarkan pada fase tertinggi dalam bergama yakni tingkatan makrifat. Selama menjalani pertapaan, Gofur didampingi oleh iparnya yang memilih tak melanjutkan ritual. Meski sukses tidak makan dan minum selama 40 hari, tetapi kondisi tubuh Gofur kurus kering tinggal tulang. Dua hari setelah selesai puasa, korban meninggal dunia.
Diduga panik, kemudian Wasin pun secara diam-diam menguburkan jasad Gofur di halaman padepokan sekitar pukul 02.00 dini hari. Alasan dia menguburkan iparnya di padepokan gurunya juga karena mengingat Gofur tidak mau pulang dan ingin tinggal di pedepokan itu. Dia pun merahasikan kematian Gofur dengan mengarang cerita bahwa dia sedang pergi ziarah para wali. Karena keluarga merasa curiga, keluarga pun membuat laporan orang hilang ke Mapolres Kebumen.
Copyright;http://berita.suaramerdeka.com/meninggal-setelah-bertapa-40-hari-tanpa-makan-dan-minum/
0 Response to "BERTAPA PUASA SAMPAI 40 HARI ,ORANG MENINGGAL"
Post a Comment