"Rawa Pening " pening berasal dari bening ,atau penduduk sekitar menyebut" Mbalong " balong berasal dari balongan yang berarti kubangan/cekungan air.
Rawa pening dengan luas 2.670 hektare yang menempati wilayah Ambarawa , Bawen , Tuntang , dan Banyu biru . Rawa pening terletak dari cekungan terendah lereng Gunung Merbabu , Gunung Telomoyo dan Ungaran.
Konon Rawa Pening dimulai dari sebuah cerita legenda turun temurun yang di wariskan menjadi sebuah kearifan lokal
Dulu ada seorang resi yang mempunyai seorang istri yang melahirkan seekor naga yang diberi nama "BARU KLINTING" ,seekor ini menjelma menjadi seorang anak kecil yang menancapkan lidi pusaka yang tidak ada satupun orang bisa menyabutnya. Karena kesaktian bocah ini ,dan bocah inipun mampu mencabut lidi tersebut dan keluarlah semburan air yang semakin besar , yang menenggelamkan seluruh perkampungan tersebut yang kini dikenal dengan nama "RAWA PENING"
Saat ini Rawa Pening menjadi penopang beberapa aspek kehidupan dengan kelimpahan sumber daya alamnya. Sektor wisata ,pertanian perikanan ,dikelilingi perbukitan dan berlatar gunung seolah sebagai tandon air yang tidak pernah kering. Sawah di sekitar danau menjadi bukti ,betapa berjasanya Rawa Pening dalam mendukung sektor wisata , karamba apung dan banyak nelayan yang hilir mudik.
Salah satu flora yang menjadi buah simalakama bagai perairan Rawa Pening adalah Enceng Gondok (Eichornia Crassipes). Enceng Gondok dengan perkembangbiakan vegetatif menjadi ledakan disaat menutupi sebagian besar permukaan danau , volume air dapat dengan mudah disedot 7 kali lebih cepat oleh Enceng Gondok , selain itu penetrasi cahaya ke dalam danau juga terhambat ,disisi lain Enceng Gondok di manfaatkan sebagai kerajinan ,pupuk dan tempat naungan ikan. Berbagai upaya dari pemeritahpun pernah dilakukan untuk menanggulangi pertumbuhan Enceng Gondok yang semakin pesat dari dibersihkan dengan tenaga manual , peyemprotan dengan pestisida sampai alat beratpun pernah dilakukan , tapi itu semua tidak mampu mengendalikan pertumbuhan Enceng Gondok yang semakin pesat
Rawa pening dengan luas 2.670 hektare yang menempati wilayah Ambarawa , Bawen , Tuntang , dan Banyu biru . Rawa pening terletak dari cekungan terendah lereng Gunung Merbabu , Gunung Telomoyo dan Ungaran.
Konon Rawa Pening dimulai dari sebuah cerita legenda turun temurun yang di wariskan menjadi sebuah kearifan lokal
Dulu ada seorang resi yang mempunyai seorang istri yang melahirkan seekor naga yang diberi nama "BARU KLINTING" ,seekor ini menjelma menjadi seorang anak kecil yang menancapkan lidi pusaka yang tidak ada satupun orang bisa menyabutnya. Karena kesaktian bocah ini ,dan bocah inipun mampu mencabut lidi tersebut dan keluarlah semburan air yang semakin besar , yang menenggelamkan seluruh perkampungan tersebut yang kini dikenal dengan nama "RAWA PENING"
Saat ini Rawa Pening menjadi penopang beberapa aspek kehidupan dengan kelimpahan sumber daya alamnya. Sektor wisata ,pertanian perikanan ,dikelilingi perbukitan dan berlatar gunung seolah sebagai tandon air yang tidak pernah kering. Sawah di sekitar danau menjadi bukti ,betapa berjasanya Rawa Pening dalam mendukung sektor wisata , karamba apung dan banyak nelayan yang hilir mudik.
Salah satu flora yang menjadi buah simalakama bagai perairan Rawa Pening adalah Enceng Gondok (Eichornia Crassipes). Enceng Gondok dengan perkembangbiakan vegetatif menjadi ledakan disaat menutupi sebagian besar permukaan danau , volume air dapat dengan mudah disedot 7 kali lebih cepat oleh Enceng Gondok , selain itu penetrasi cahaya ke dalam danau juga terhambat ,disisi lain Enceng Gondok di manfaatkan sebagai kerajinan ,pupuk dan tempat naungan ikan. Berbagai upaya dari pemeritahpun pernah dilakukan untuk menanggulangi pertumbuhan Enceng Gondok yang semakin pesat dari dibersihkan dengan tenaga manual , peyemprotan dengan pestisida sampai alat beratpun pernah dilakukan , tapi itu semua tidak mampu mengendalikan pertumbuhan Enceng Gondok yang semakin pesat
0 Response to "RAWA PENING MENJADI PENOPANG KEHIDUPAN"
Post a Comment